... betapa sulitnya kami meraih kemerdekaan ini menjadi ternoda oleh tingkah laku koruptor yang menghancurkan negara ini dengan sifat serakahnya...
Fakih Yuhana, pria yang tinggal Desa Palasari Kecamatan Cibiru, Kota Bandung, dinobatkan sebagai veteran tertua yang masih bersama kita, di wilayah Bandung, oleh Legiun Veteran Republik Indonesia Markas Daerah Jawa Barat.
"Bapak lahir di Sumedang, 2 Februari 1912. Tapi sekarang tinggal di Cilengkrang," kata Yuhana, disela-sela acara Peringatan Hari Veteran Nasional Tingkat Jawa Barat, di Kota Bandung, Senin.
"Bapak lahir di Sumedang, 2 Februari 1912. Tapi sekarang tinggal di Cilengkrang," kata Yuhana, disela-sela acara Peringatan Hari Veteran Nasional Tingkat Jawa Barat, di Kota Bandung, Senin.
Jadi usianya sudah 103 tahun, Perang Dunia I terjadi pada 1915-1919 dan Perang Dunia II pada 1939-1945. Sedikit mengungkit fakta, pada 15 April 1912 itu kapal Titanic tenggelam.
Dia membahasakan diri dengan kata "bapak", bukan "kakek" atau "aki" dalam bahasa Sunda biasa atau halus. Keriput jelas menggurat di wajah pria yang saat ini sudah memiliki 16 orang cucu dan 12 orang cicit.
Namun walaupun sudah berusia 103 tahun ia masih bisa berjalan tanpa dipapah orang lain, kemudian daya ingatnya masih kuat. Selain itu, indera pendengar dan penglihatannya juga masih normal dan giginya masih tampak utuh.
Yuhana menuturkan, sejak berusia sekira 20 tahun ia telah berjuang bersama para pejuang lainnya melawan penjajah Belanda dari Tanah Air ini. Itu pada akhir dasawarsa '30-an hingga awal dasawarsa '40-an.
Kemampuan militer ia dapatkan dari tentara Jepang yang saat itu berada di Indonesia. "Bapak dapat ilmu tiarap sama latihan perang itu dari tentara Jepang. Itulah bedanya tentara Jepang sama Belanda. Kalau Belanda cuma mau menjajah kita tapi kalau Jepang masih mau mengajari kita," kata dia.
Keyakinan, tekad kuat dan doa kepada Sang Maha Kuasa menjadi rahasia utama bagi ia dan para pejuang lainnya dalam melawan penjajah di Indonesia.
"Modal kita saat itu cuma bambu runcing. Tapi dengan tekad dan doa kepada Allah, bambu runcing ini mampu mengusir Belanda dari Indonesia," kata dia.
Ia menuturkan perjuangan saat melawan penjajah benar-benar tak akan terlupakan karena berkat perjuangan ia dan seluruh rakyat Indonesia saat itu kemerdekaan bisa diraih.
Menurut dia, selama menjadi pejuang dirinya lebih banyak berjuang di sekitar kawasan Sumedang dan Bandung Raya selama masa perjuangan.
Ia mengaku bersyukur karena selama berjuang melawan penjajah demi mendapatkan kemerdekaan Indonesia, dirinya selalu diberikan keselamatan.
"Tentunya bersyukur karena alhamdulillah selamat terus. Saya selalu berdoa setiap berjuang. Ya Allah saya mau ikut membela bangsa dan negara karena negara saya dijajah orang lain," kata dia.
Ia mengatakan salah satu tantangan lainnya yang dihadapi saat berjuang melawan penjajah adalah harus mampu bertahan tanpa makanan.
"Kadang waktu itu kita bisa tidak makan selama tiga hari, jadi bapak makan makanan yang ada di lapangan seperti singkong atau ubi-ubian," kata dia.
Makanan menjadi benda berharga bagi para pejuang kala itu karena jika ada warga pribumi yang ketahuan memberikan makanan kepada pejuang maka tentara Belanda akan mencari orang tersebut dan membakar kampungnya.
"Itulah kekejaman penjajah, kalau dia mengetahui ada warga yang memberi kami makanan, maka dia akan mencari dan membakar satu kampung yang jadi tempat tinggal orang yang memberi makan kami," kata dia.
Ia mengaku sedih dengan perilaku para koruptor saat ini yang dinilainya tidak pernah menghargai besarnya perjuangan yang dilakukan oleh dirinya dan pejuang lain untuk merebut kemerdekaan.
"Kalau mereka tahu makna kemerdekaan, betapa sulitnya kami meraih kemerdekaan ini menjadi ternoda oleh tingkah laku koruptor yang menghancurkan negara ini dengan sifat serakahnya," kata dia.
Diusi senjanya tersebut, Yuhana saat ini tinggal sendiri di rumah sederhananya karena anak, cucu, dan cicitnya sudah mandiri.
"Kalau sekarang mah lebih banyak istirahat saja di rumah saja sama, memperbanyak ibadah kepada Allah SWT," ujarnya.
Namun walaupun sudah berusia 103 tahun ia masih bisa berjalan tanpa dipapah orang lain, kemudian daya ingatnya masih kuat. Selain itu, indera pendengar dan penglihatannya juga masih normal dan giginya masih tampak utuh.
Yuhana menuturkan, sejak berusia sekira 20 tahun ia telah berjuang bersama para pejuang lainnya melawan penjajah Belanda dari Tanah Air ini. Itu pada akhir dasawarsa '30-an hingga awal dasawarsa '40-an.
Kemampuan militer ia dapatkan dari tentara Jepang yang saat itu berada di Indonesia. "Bapak dapat ilmu tiarap sama latihan perang itu dari tentara Jepang. Itulah bedanya tentara Jepang sama Belanda. Kalau Belanda cuma mau menjajah kita tapi kalau Jepang masih mau mengajari kita," kata dia.
Keyakinan, tekad kuat dan doa kepada Sang Maha Kuasa menjadi rahasia utama bagi ia dan para pejuang lainnya dalam melawan penjajah di Indonesia.
"Modal kita saat itu cuma bambu runcing. Tapi dengan tekad dan doa kepada Allah, bambu runcing ini mampu mengusir Belanda dari Indonesia," kata dia.
Ia menuturkan perjuangan saat melawan penjajah benar-benar tak akan terlupakan karena berkat perjuangan ia dan seluruh rakyat Indonesia saat itu kemerdekaan bisa diraih.
Menurut dia, selama menjadi pejuang dirinya lebih banyak berjuang di sekitar kawasan Sumedang dan Bandung Raya selama masa perjuangan.
Ia mengaku bersyukur karena selama berjuang melawan penjajah demi mendapatkan kemerdekaan Indonesia, dirinya selalu diberikan keselamatan.
"Tentunya bersyukur karena alhamdulillah selamat terus. Saya selalu berdoa setiap berjuang. Ya Allah saya mau ikut membela bangsa dan negara karena negara saya dijajah orang lain," kata dia.
Ia mengatakan salah satu tantangan lainnya yang dihadapi saat berjuang melawan penjajah adalah harus mampu bertahan tanpa makanan.
"Kadang waktu itu kita bisa tidak makan selama tiga hari, jadi bapak makan makanan yang ada di lapangan seperti singkong atau ubi-ubian," kata dia.
Makanan menjadi benda berharga bagi para pejuang kala itu karena jika ada warga pribumi yang ketahuan memberikan makanan kepada pejuang maka tentara Belanda akan mencari orang tersebut dan membakar kampungnya.
"Itulah kekejaman penjajah, kalau dia mengetahui ada warga yang memberi kami makanan, maka dia akan mencari dan membakar satu kampung yang jadi tempat tinggal orang yang memberi makan kami," kata dia.
Ia mengaku sedih dengan perilaku para koruptor saat ini yang dinilainya tidak pernah menghargai besarnya perjuangan yang dilakukan oleh dirinya dan pejuang lain untuk merebut kemerdekaan.
"Kalau mereka tahu makna kemerdekaan, betapa sulitnya kami meraih kemerdekaan ini menjadi ternoda oleh tingkah laku koruptor yang menghancurkan negara ini dengan sifat serakahnya," kata dia.
Diusi senjanya tersebut, Yuhana saat ini tinggal sendiri di rumah sederhananya karena anak, cucu, dan cicitnya sudah mandiri.
"Kalau sekarang mah lebih banyak istirahat saja di rumah saja sama, memperbanyak ibadah kepada Allah SWT," ujarnya.
No comments:
Post a Comment